Selasa, 23 Mei 2017

Minggu, 23 April 2017

Kisah Para Rasul

I. PENULIS DAN MASA PENULISANNYA 


Dapat ditentukan dengan pasti bahwa Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas, penulis Injil ketiga. Hal itu dikuatkan oleh 4 macam alasan: 

1. Kisah Para Rasul dan Injil Lukas, keduanya ditujukan kepada Teofilus. Dan pada permulaan Kisah Para Rasul, penulis mengingatkan Teofilus akan tulisannya yang pertama, yaitu Injil Lukas. 

2. Para ahli sependapat bahwa kedua kitab itu terdapat persamaan: ungkapan-ungkapan, gaya bahasa dan cara penyajian ceritanya, terutama mengenai istilah medis, yang patut dipakai oleh tabib Lukas yang kekasih. 

3. Dalam Kisah Para Rasul 6:10 dan 20:6 terdapat kata ganti kami. Karena itu umumnya orang berpendapat, bahwa penulis kitab ini, mulai dari pasal 16 ke atas, tentulah salah seorang teman Paulus seperjalanan. Tapi penulis itu bukanlah Silas atau Timotius. Dan tidak ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa penulisnya Titus. Jadi siapakah penulisnya? Mengingat persamaan gaya bahasa dalam pasal-pasal sebelum dan sesudah pasal 16, maka dapat dipastikan bahwa segenap kitab itu ditulis oleh satu orang, yakni Lukas. 

4. Tradisi Kristen semenjak Ireneus pada abad kedua, berkata bahwa kedua kitab itu ditulis oleh Lukas. Dan pendapat ini dibenarkan oleh kebanyakan sarjana zaman sekarang.

Tentang MASA MENULIS, juga dapat ditentukan dengan pasti. Kitab ini selesai ditulis di negeri Roma kira-kira tahun 63, yaitu menjelang berakhirnya masa Paulus dipenjarakan, dan mungkin juga rasul itulah yang membimbing menyuratkannya. Isinya menceritakan peristiwa-peristiwa sampai kepada masa itu; maka tidaklah mungkin ditulis sebelum peristiwa-peristiwa itu terjadi. Dan tidak mungkin pula ditulis sesudah tahun 63. Apabila ditulis sesudah tahun 63, tentulah ia menceritakan bagaimana Paulus diadili dan dibebaskan. Demikian juga, andaikata perjalanan Paulus dan pengadilan yang kedua dan mati martirnya sudah terjadi, tentulah kitab itu tidak akan dihentikan pada pasal 28 secara tiba-tiba demikian, karena Lukas senantiasa menyertai Paulus sampai kepada akhir hidupnya. 

II. TUJUAN DAN NAMA KITAB KISAH 

Apakah amanat pokok dan tujuan utama Kisah Para Rasul? Ada yang lebih suka menamakan kitab itu Kisah Perbuatan Roh Kudus, karena dalamnya banyak dikatakan tentang kuasa Roh. Ada lagi yang menamakannya "Kisah perbuatan Kristus yang dinaikkan", karena teringat kepada permulaan yang berbunyi: "Dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat." Artinya: "buku yang kedua" menceritakan tentang segala sesuatu sesudah "hari Ia terangkat". Tapi nama yang paling tepat ialah - Kisah Para Rasul, karena baik Kristus yang naik ke surga maupun Roh Kudus yang diam dalam hati, keduanya nampak bekerja bersama-sama dalam segala sesuatu, namun yang senantiasa kelihatan ialah para rasul, utusan Kristus yang dikuasai oleh Roh Kudus. Dan arti perkataan dan perbuatan rasul-rasul itulah yang disampaikan kepada kita. Jika kita ingin memahami arti kenaikan Kristus dan keajaiban Pentakosta, maka kita harus memandang kepada rasul-rasul itu. 

Ada yang tidak setuju akan nama "Kisah Para Rasul". Umpamanya, suatu tafsiran Kisah Para Rasul berkata sebagai berikut: "Kitab ini tidak mengisahkan perbuatan rasul-rasul, yang banyak dikisahkan hanyalah perbuatan Petrus dan Paulus saja. Yang diceritakan melulu beberapa perbuatan dari beberapa rasul, beserta dengan perbuatan orang-orang yang bukan rasul". 

Kalau demikian apakah nama yang tepat untuk kisah itu? Nama ke-12 rasul disebut dalam pasal 1, supaya sebutan rasul pada pasal-pasal berikutnya berarti mencakup nama ke-12 rasul itu. Selanjutnya sebutan "para rasul" dipakai sampai 23 kali. Ucapan-ucapannya yang penting, keputusan-keputusan dan perbuatannya secara kolektif dicatat sedemikian rupa, sehingga nampak kebulatan suara dan kewibawaannya yang di mana-mana diakui. Lukas merasa tidak perlu mengisahkan riwayat masing-masing rasul: rasul-rasul yang dikisahkan berkata atau berbuat sesuatu, harus dianggap bertindak mewakili semua rasul atau sebagai ketuanya. Sekalipun ke-12 rasul itu menempati kedudukan istimewa, tapi sebutan "rasul" dikenakan pula kepada Barnabas dan orang-orang lainnya. Jadi, kitab ini benar-benar mengisahkan perbuatan rasul-rasul, dan kita harus mengerti pentingnya segala yang mereka katakan dan perbuat, serta apa yang terjadi ke atas mereka. 

III. KUNCI DAN RENCANA 

Gagasan utama Kisah Para Rasul ialah: "BERSAKSI BAGI KRISTUS", dan ayat kuncinya ialah. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi". Ayat ini menyatakan bahwa saksi-saksi Kristus diutus, diberi perlengkapan rohani dan daerah penyaksiannya. Di samping itu perkembangan daerah penyaksian yang diterangkan dalam kitab ini, diringkaskan pula, "Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Dalam Kisah Para Rasul 2 s/d 7 kesaksian itu dilakukan di Yerusalem. Dalam Kisah Para Rasul 8 s/d 12 dilakukan di Yudea dan Samaria. Dan dalam Kisah Para Rasul 13 s/d 28 dilakukan sampai ke ujung bumi. 

Apakah yang harus dikatakan oleh saksi-saksi Kristus yang pertama itu? Apa yang harus mereka saksikan tentang Kristus? Pada saat kita menjawab pertanyaan ini, kita akan memperoleh maksud dan tujuan kitab ini. 

Kisah Para Rasul mempunyai dua bagian. Bagian pertama pasal 1 s/d 12 dan bagian kedua pasal 13 s/d 28. Pada bagian pertama kesaksian berpusat di Yerusalem dan pada bagian kedua di Antiokhia. Tokoh kesaksian dalam bagian pertama ialah Petrus dan tokoh dalam bagian kedua ialah Paulus. Pada bagian pertama kesaksian bergerak mulai dari Yerusalem menuju Yudea dan Samaria; sedang bagian kedua kesaksian itu bergerak mulai dari Antiokhia, ke seluruh kerajaan, sampai ke Roma. Pada bagian pertama kesaksian terbatas hanya di daerah Palestina, mula-mula kepada orang Yahudi di negeri leluhur mereka, kemudian kepada orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain bersama-sama; sedang pada bagian kedua kesaksian itu dilakukan di seluruh kerajaan, mula-mula kepada orang Yahudi yang bertaburan, kemudian kepada orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain juga. Bagian pertama berakhir dengan penolakan atas firman Allah oleh orang Yahudi di negeri leluhur, sedang bagian kedua berakhir dengan penolakan yang dilakukan oleh orang Yahudi yang bertaburan. Bagian pertama berakhir dengan penangkapan Petrus lalu dipenjarakan; sedang bagian kedua berakhir dengan dikurungnya Paulus dalam penjara. 

Perbuatan Petrus dan Paulus adalah sejajar; kiranya hal itu bukan kebetulan. Perhatikanlah uraian berikut: 


PETRUS 

1. Khotbah pertama (pasal 2) 
2. Penyembuhan orang lumpuh (pasal 3) 
3. Hukuman Simon tukang sihir (pasal 8) 
4. Kuasa bayang-bayang (pasal 5) 
5. Meletakkan tangan (pasal 8) 
6. Petrus disembah (pasal 10) 
7. Tabita dihidupkan (pasal 9) 
8. Petrus dipenjarakan (pasal 12) 


PAULUS 

1. Khotbah pertama (pasal 13) 
2. Penyembuhan orang lumpuh (pasal 14) 
3. Elimas tukang sihir (pasal 13) 
4. Kuasa sapu tangan (pasal 19) 
5. Meletakkan tangan (pasal 19) 
6. Paulus disembah (pasal 14) 
7. Eutikhus dihidupkan (pasal 20) 
8. Paulus dipenjarakan (pasal 28) 

Setelah kedua bagian itu dijajarkan demikian, maka nyatalah bahwa Kisah Para Rasul memang direncanakan. Dalam bagian pertama di "Yerusalem, Yudea dan Samaria"; dalam bagian II "sampai ke ujung bumi. 

Demikianlah akan hal kunci, isi dan rencana. Di samping itu, terdapat tiga peristiwa yang penting sekali, yang merupakan babak baru dalam kemajuan sejarah rencana penyelamatan Kristus. 


IV. KESAKSIAN RASUL-RASUL BAGI TUHAN YESUS 

Kisah Para Rasul pasal 1 menceritakan kejadian dalam 50 hari, mulai dari kebangkitan Tuhan Yesus sampai kepada hari Pentakosta. Hari-hari itu dibagi menjadi 40 dan 10. Tuhan Yesus setelah bangkit dari antara orang mati mengajar selama 40 hari, dan murid-murid-Nya menanti kedatangan Roh Kudus selama 10 hari mulai dari hari kenaikan Yesus sampai kepada hari kedatangan Roh Kudus. Yang diajarkan oleh Tuhan Yesus selama 40 hari itu amat penting sekali. Apakah yang dikemukakan Tuhan Yesus kepada rasul-rasul selama 40 hari itu? Apakah pokok pembicaraan-Nya dengan mereka? 

Hal itu dinyatakan dalam Kisah Para Rasul 1:3, "Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan bahwa Ia hidup. Sebab selama 40 hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang KERAJAAN ALLAH". Yang menjadi pokok pembicaraan utama selama 40 hari itu ialah KERAJAAN ALLAH. Sebab itu, rasul-rasul lalu bertanya, "Tuhan, maukah engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" 

Pertanyaan itu timbul sebagai respons murid-murid atas ajaran terakhir Tuhan Yesus tentang Kerajaan allah. Jika kita yang diberi ajaran demikian, tentulah kita akan mengajukan pertanyaan yang sama. Tapi aneh banyak orang yang tidak sadar akan artinya. Orang yang menyamakan arti "Kerajaan Allah" dengan gereja (jadi artinya "dirohanikan" dan gagasannya dipisahkan dari nubuat Perjanjian Lama tentang "Kerajaan"), meremehkan pengertian rasul-rasul. Mereka dianggapnya orang bodoh, tidak mengerti artinya "kerajaan" dan yang mementingkan perkara duniawi saja. Pendapat seperti itu diutarakan oleh Rev. William Arthur sebagai berikut: 

"Rasul-rasul kurang mengerti apa yang dimaksud dengan kuasa. Mereka menyangka kuasa itu berkaitan dengan kerajaan dunia, tidak dengan kerajaan anugerah. Sebab itu, mereka bertanya, 'Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?' Padahal Tuhan Yesus tidak mengatakan apa-apa tentang kerajaan bagi orang Israel atau kerajaan di tanah Israel... Sebab itu, Tuhan Yesus membelokkan pikiran mereka ke arah lain. Mereka tidak diberitahu bagaimana nasib bangsa Israel kelak, tidak dikatakan-Nya bila kerajaan itu dibangunkan lagi. Mereka disuruh bekerja. Bekerja sekarang melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok mereka. Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapak sendiri menurut kuasa-Nya." 

Tidak sedikit orang yang mengemukakan pendapat atas pertanyaan rasul-rasul itu. Tapi dalam keterangan mereka banyak terdapat hal-hal yang bertentangan. Mereka mengatakan bahwa "Tuhan Yesus tidak mengatakan apa-apa tentang kerajaan bagi orang Israel atau kerajaan di tanah Israel", tapi pendapat itu tidak sesuai dengan uraian Injil. Aneh sekali, mengapa dikatakan bahwa "Tuhan Yesus membelokkan pikiran mereka ke arah lain", padahal hanya beberapa hari yang lalu Ia menjawab dengan panjang lebar pertanyaan yang hampir sama. Tambahan pula, ketika menceritakan pertanyaan rasul-rasul itu, Lukas menggunakan kata penghubung oun-oun yang artinya "sebab itu". Mengapa digunakan kata penghubung "sebab itu" atau "maka"? Karena Lukas mau menyatakan bahwa pertanyaan itu timbul akibat perkataan Yesus sendiri tentang Kerajaan. 

Namun pendapat seperti di atas telah merata luas. Jika kita melihat buku-buku tafsiran buah pena orang-orang yang ternama, yang lama maupun yang baru, kebanyakan demikianlah keterangannya. 

Tapi apakah keterangan itu dibenarkan ayat yang menjadi latar belakang dan ayat-ayat yang berhubungan dengan ayat itu? Tidak! Dan pendapat seperti itu merendahkan rasul-rasul sedemikian rupa sehingga tak dapat dipercaya. Timbanglah: Mereka itu orang dewasa; meskipun bukan tamatan sekolah, tapi berakal-budi dan sehat akalnya. Sudah 3 tahun lamanya mereka senantiasa mengikuti Tuhan Yesus, mendengarkan Firman yang Ia katakan kepada orang banyak atau kepada mereka saja. Mereka sudah melihat tanda-tanda ajaib yang dilakukan Tuhan Yesus, sudah mendengarkan segala perumpamaan yang dikatakan-Nya, sudah diberi penjelasan akan arti perumpamaan-perumpamaan itu yang khusus untuk mereka saja. Mereka sudah mendengar berita dan ajaran tentang Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah. Meskipun mereka tidak senantiasa dapat mengerti semua yang difirmankan Tuhan Yesus, tapi mereka dapat mengerti apa intisari ajaran itu. Hal ini ternyata dari Matius 13:51, ketika Tuhan Yesus bertanya kepada mereka, "Mengertikah kamu semuanya itu?" Jawab mereka itu kepada-Nya, "Ya, kami mengerti." 

Mereka sudah dipilih oleh Tuhan Yesus, dididik dan senantiasa dipercaya; mereka mengikuti Tuhan Yesus, sampai Golgota. Selama 40 hari mendengar ajaran tentang "kerajaan" langsung dari Tuhan Yesus sendiri. Dahulu, mereka memang "bodoh (dan)... lambannya hati... sehingga... tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi". Tapi sekarang tidak demikian lagi, karena Tuhan Yesus yang telah bangkit datang kepada mereka, "Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci". Sudah sedemikianlah pengalaman dan kemajuan mereka itu. Namun demikian, pada ketika mengajukan pertanyaan, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" mereka dianggap mengajukan pertanyaan yang tidak batiniah dan yang tidak berarti, dan dikatakan bebal lagi bodoh, karena perihal kerajaan rohani (gereja) disangkanya kerajaan duniawi. Jadi dianggap tidak dapat menangkap ajaran Tuhan Yesus yang terang lagi jelas itu, bukannya perkara yang kecil-kecil saja, melainkan intisari ajaran-Nya! 

Anggapan itu tidak dapat diterima! Jika memang demikian keadaan rasul-rasul itu, mereka lebih baik dinamakan orang-orang <edited> sama sekali! Mereka sehat akalnya, dan telah dilahirkan kembali, jadi tidak benar jika dikatakan bahwa mereka begitu dipengaruhi oleh hal jasmaniah perkara duniawi. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa mereka "sudah bersih karena firman". Tambahan pula tidak ada yang menyangkal bahwa mereka diajar oleh Roh Kudus sendiri, sekalipun pengalaman mereka dalam perkara rohani masih muda. Lihatlah perkataan Tuhan Yesus kepada Petrus dalam Matius 16:17, "Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapak-Ku yang di surga." 

Yang harus dipersoalkan bukan hal perangai mereka, apakah berperangai rohani atau duniawi; melainkan daya pikir dan akal mereka, apakah dapat menangkap perkataan Tuhan Yesus atau tidak. Misalkan yang diajar oleh Yesus itu bukan rasul-rasul, tapi orang zaman sekarang, tentu saja pengertian mereka tidak akan berbeda dengan pengertian rasul-rasul yang telah terpilih dan terdidik itu. Tapi rasul-rasul yang mengajukan pertanyaan seperti itu dianggap bersalah dan dituduh mengacaukan hal gereja yang bersifat rohani dengan kerajaan Israel yang bersifat duniawi. Jika tuduhan itu benar, maka Tuhan Yesus tentu tidak akan memberi jawab, "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapak sendiri menurut kuasa-Nya", tapi tentu Ia akan mengatakan suatu ucapan yang paling dahsyat dari segala ucapan dalam Alkitab, suatu teguran yang keras atau petunjuk keprihatinan. 

Orang menganggap bahwa jawaban Tuhan Yesus itu suatu teguran. Tapi jawaban itu bukan teguran, melainkan pernyataan fakta. Hal Tuhan tidak memberi tahu "masa dan waktu" kedatangan-Nya kembali untuk mendirikan kerajaan, sama sekali bukanlah teguran. Bukankah Ia berkata bahwa Ia sendiri tidak mengetahui bila masa atau ketikanya Kerajaan itu dibangunkan? "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapak saja". Perkataan Tuhan Yesus itu sekali-kali bukanlah teguran, tapi mempunyai arti yang penting sekali, itulah sebabnya Lukas mencatatnya. 

Mengapa banyak yang salah paham mengenai pertanyaan rasul-rasul dan jawaban Tuhan Yesus itu? Sebabnya ialah karena mereka mencampur-aduk antara Kerajaan Surga (Kerajaan Allah) dengan gereja. 

Jika demikian, apakah yang diperintahkan Yesus untuk diberitakan rasul-rasul? Jelas bahwa perintah itu berhubungan dengan "kerajaan Allah", karena hal itulah yang menjadi pokok pembicaraan selama 40 hari itu. 

Yesus mengutus rasul-rasul supaya menjadi saksi bagi Dia khusus mengenai dua hal. Pertama, bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus) dan Raja Israel, Pelepas kaum-Nya yang disalibkan tapi bangkit kembali dari antara orang mati, Raja "Kerajaan Surga" yang dijanjikan semenjak awal zaman. Kedua, bahwa Yesus adalah Juruselamat, yang menyelamatkan orang-orang beriman dari kesalahan dan kuasa dosa dan hukuman yang kekal, karena kematian dan kebangkitan-Nya yang menjadi korban pendamaian. Rasul-rasul disuruh menawarkan Raja dan Kerajaan sebagai yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus sendiri sebelum Ia disalibkan. Kelebihannya ialah suatu faktor baru yang mengherankan sekali, yakni tentang salib yang merupakan penebusan bagi dosa "seisi dunia" dan berita keselamatan pribadi karena iman kepada Tuhan Yesus - Mesias Israel - yang sekarang menjadi Juruselamat dunia. 
Meskipun Kitab Kisah Para Rasul banyak mengandung ajaran yang lain-lain, namun maksudnya yang utama ialah : MENGULANGI PENAWARAN KERAJAAN SURGA KEPADA BANGSA ISRAEL. 

V. RINCIAN KHOTBAH RASUL-RASUL 

Penawaran kedua Kerajaan Allah menjadi kunci yang menerangkan ucapan-ucapan rasul-rasul kepada bangsa Yahudi pada hari Pentakosta dan pada hari-hari berikutnya. Renungkanlah kedua khotbah pertama yang dikatakan oleh Petrus di hadapan orang banyak: pertama pada hari Pentakosta, dan kedua di pintu gerbang Bait Allah. 

Khotbah Petrus pada hari Pentakosta semata-mata ditujukan kepada orang Israel saja. Dan selanjutnya, Petrus mengatakan bahwa kedatangan Roh Kudus menggenapi nubuat Yoel 2:28-32. Ia berkata, "Itulah yang difirmankan allah dengan perantaraan nabi Yoel." Apakah yang ditunjuk oleh nubuat nabi Yoel itu? Apakah menunjuk kepada gereja? Tidak! Melainkan menunjuk kepada bangsa Israel, dan terutama menunjuk kepada kerajaan Mesias. Hal itu akan bertambah jelas pula jika dibandingkan nubuat dalam Yoel 2 dengan yang tertulis panjang lebar di dalam bagian Alkitab lainnya. Kemudian Petrus mendakwa bangsa Israel bertanggung jawab atas penyaliban Tuhan Yesus, dan mengingatkan bahwa Tuhan Yesus melakukan "kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat" di tengah-tengah mereka. Sesudah itu, Petrus melanjutkan khotbahnya dengan suatu berita baru, yaitu berita tentang kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus yang telah disalibkan, dinyatakannya bahwa hal itu menggenapi nubuat tentang Mesias. Ayat-ayat ini penuh kemenangan besar. Ada lima pernyataan mengenai "Yesus dari Nazaret". 

1. Dia, Yesus itu, menjadi pokok nubuat Perjanjian Lama, "sebab Daud berbicara tentang Dia". 
2. Dia, Yesus itu, adalah Tuhan. Sebab Daud berkata tentang Dia: "Aku senantiasa memandang kepada Tuhan". 
3. Dia, Yesus itu, adalah Orang yang dijanjikan. "Sebab Daud berkata tentang Dia... Orang yang Kau kasihi". 
4. Dia, Yesus itu, adalah Mesias yang dijanjikan. "Ia (Daud) berbicara tentang... Mesias". 
5. Dia, Yesus itu, adalah Raja yang dijanjikan. "Ia (Daud) tahu bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya" 

Segala penyataan dan tanda-tanda ajaib pada hari Pentakosta itu sangat mengejutkan pikiran bangsa Israel; tapi berita yang dikatakan oleh Paulus lebih mengejutkan lagi. Pertama-tama ia mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, atas dasar "kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat" yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri di tengah-tengah bangsa Israel. Kedua, ia mengatakan, bahwa Yesus adalah Mesias berdasarkan kebangkitan-Nya dari antara orang mati yang menggenapi nubuat Daud. Akhirnya Petrus berkata, bahwa Yesus tidak hanya Mesias saja, bahkan Ia adalah Anak Allah. "Sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya (artinya Tuhan mencurahkan) apa yang kamu lihat dan dengar di sini". Perkataan Petrus ini jelas dan tegas dan kesimpulannya tak dapat dielakkan: Tuhan Yesus melakukan suatu perbuatan yang hanya Allah berkuasa melakukannya, ialah: mencurahkan Roh Kudus! Mengatakan bahwa Tuhan Yesus melakukan perbuatan yang menjadi hak Allah, akan berarti menghujat, jika Yesus tidak benar Anak Allah. Tapi, Ia benar-benar adalah Yehuwah - Yesus, artinya "Tuhan dan Kristus" sebagai yang dikatakan Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:36. 

Demikianlah khotbah Petrus pada hari Pentakosta. Khotbah itu ditujukan kepada bangsa Israel. Dikatakannya bahwa tanda mujizat hari itu adalah penggenapan nubuat Perjanjian Lama tentang kerajaan Mesias, bahwa Yesus yang disalibkan dan dinaikkan itu adalah Mesias dan Raja yang dinubuatkan. Ketika pendengar-pendengar bertanya apakah yang harus mereka perbuat, Petrus menjawab, "Bertobatlah dan hendaklah kami masing-masing... dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia roh Kudus". Jawaban itu ditutup demikian, "Sebab bagi kamulah janji itu (ialah janji dalam nubuat Yoel, dan janji tentang kerajaan dalam nubuat Perjanjian Lama yang lain) dan bagi anak-anakmu dan (sesudah itu) bagi orang yang masih jauh (bangsa lain), yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." 

Tentang khotbah Petrus yang kedua, secara selayang pandang saja jelas intinya yang penuh arti. Ada dua hal yang mencolok sekali: (1) Penyaliban mereka atas Kristus dikatakannya karena ketidaktahuan mereka; (2) Suatu janji bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali pada masa itu pun kalau bangsa Israel bertobat dan menerima Dia. 

"Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu." 

Apakah maksud ayat-ayat ini? Penawaran Tuhan Yesus sebagai Mesias dan Raja, dan penawaran Kerajaan Surga kepada bangsa Yahudi. Jelas pula janji tentang kedatangan tuhan Yesus kembali dan permulaan zaman pemulihan bilamana bangsa Israel menyesal dan bertobat. Seandainya segenap bangsa Israel telah bertobat dan menerima Yesus menjadi Tuhan dan Kristusnya, pada waktu rasul-rasul berkhotbah, maka Kristus akan segera datang kembali pada masa itu juga dan "zaman pemulihan" akan mulai dengan segera. Tidak pernah ada janji yang seterang ini. 

Sementara itu janganlah melupakan perkataan Yesus bahwa "Kristus itu harus tinggal di surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya". Ketika Petrus berkata demikian. Janganlah sekali-kali menyangka bahwa Petrus mengharapkan kedatangan kembali Tuhan Yesus akan ditangguhkan lebih dari 19 abad lamanya sebagai yang kita ketahui sekarang ini. Tentulah tidak! Andaikata ia mengetahuinya, maka nasehatnya itu tidak ada harganya dan menyesatkan belaka. 

Yang dimaksud "waktu pemulihan segala sesuatu" sama dengan "waktu kelegaan"; masa demikian akan terjadi bila Kristus datang kembali, yaitu pada saat bangsa Israel menyesal dan bertobat. Rasul-rasul sendiri juga memikirkan kepada waktu itu ketika mereka mengajukan pertanyaan: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerjaan bagi Israel?" Nabi-nabi Perjanjian Lama berulang kali mengatakan bahwa bangsa Yahudi yang bertaburan itu akan dibangun kembali di bawah perintah Mesias; dan bahwa segala hak dan kuasa akan dibangun kembali apabila janji Allah kepada Abraham dilaksanakan. Waktu kelegaan itu tentulah dapat terjadi pada saat itu; jika tidak, maka perkataan Petrus itu tidak benar. 

Allah tidak menentukan bahwa pemerintahan Mesias dan pemulihan bangsa Israel ditangguhkan hampir 2.000 tahun lamanya sejak kedatangan Tuhan Yesus ke dunia. Tapi Allah mengetahui sebelumnya bahwa bangsa Israel akan melawan kehendak-Nya, inilah yang menyebabkan penangguhan itu. Senantiasa Allah memberi tempat pada kemauan bebas manusia, dan peristiwa diizinkan berkembang sehingga masing-masing melahirkan akibat-akibat yang wajar. Sebab itu, penawaran Kerajaan Surga yang dikatakan oleh Petrus itu adalah suatu tawaran yang sungguh-sungguh dengan tulus hati; dan kedatangan Tuhan Yesus kembali mungkin segera terjadi pada masa itu, sekiranya Israel menerima tawaran Kerajaan itu. 

Berita yang disampaikan oleh rasul-rasul TERUTAMA mengulangi penawaran Kerajaan Mesias bagi bangsa Israel (hendaklah diingat bahwa Kerajaan itu tidak hanya bagi bangsa Israel, tapi juga bagi segenap bangsa di dunia, sebagai ternyata dalam nubuat Perjanjian Lama). Maka perlu mempertimbangkan tiga krisis yang merupakan titik tolak baru dan juga inti Kisah Para Rasul. Ketiga krisis itu adalah sebagai berikut: 
1. Penganiayaan terhadap Stefanus 
2. Kemarahan terhadap Paulus 
3. Injil diberitakan kepada bangsa non-Yahudi 


A. PENGANIAYAAN TERHADAP STEFANUS 

Telah kita lihat, bahwa Kitab Kisah Para Rasul mempunyai 2 bagian. Segala sesuatu dalam bagian pertama menuju kepada penganiayaan Stefanus atau sebagai akibatnya. Penganiayaan terhadap Stefanus merupakan poros dan segala kejadian lainnya dikaitkan padanya. 

Dalam pasal-pasal pertama Kisah Para Rasul, tanda mujizat mendahului kesaksian dan pengantar bagi amanat ilahi itu menyatakan bahwa Kerajaan yang telah lama dijanjikan sudah sampai; sedang amanatnya ialah, bahwa bila bangsa Israel menerima bukti-bukti itu dan bertobat serta menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Mesias yang sekali lagi ditawarkan, maka Ia akan datang kembali dan kerajaan itu segera didirikan dengan sempurna. 

Demikianlah dalam Kisah Para Rasul pasal 2 terdapat tanda mujizat "berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain", lalu Petrus berkhotbah panjang lebar menerangkan arti mujizat itu. Mujizat penyembuhan dilakukan di dekat pintu "Gerbang Indah" disusul dengan dua kesaksian. Pertama kepada orang banyak, dan kedua kepada Mahkamah Agama. 

Dalam Kisah Para Rasul 5 diceritakan peristiwa Ananias dan Safira; dalam ayat 12 dikatakan, "oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak", dan dalam ayat-ayat berikutnya diuraikan kesaksian rasul-rasul, pertama kepada orang banyak dan kedua kepada Mahkamah Agama. Dalam Kisah Para Rasul pasal 6 dan 7 kita dapati Stefanus "mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak", lalu bersaksi di hadapan Mahkamah. Setiap mujizat, dalam pasal-pasal pendahuluan segera disusul oleh perlawanan pemimpin-pemimpin Yahudi. 

Semua hal itu memuncak sampai kepada pembunuhan Stefanus. Pertama-tama, dalam mujizat dan amanat ilahi serta kematian Stefanus, terdapat PENDAKWAAN dan VONIS atas bangsa Yahudi. Mungkin banyak pembaca yang tidak memahami maksud Stefanus dalam khotbahnya yang panjang sekali di hadapan Mahkamah Agama. Mengapa ia memaparkan sejarah yang demikian panjang? Sebenarnya pengulangan sejarah oleh Stefanus adalah suatu DAKWAAN. Dakwaan itu menunjukkan bahwa bangsa Israel sejak dahulu kala berkali-kali menolak kesaksian Roh Allah. Akhirnya, di bawah pimpinan pemimpin-pemimpin yang tersesat itu, kesalahan mereka memuncak terus sampai kepada penyaliban Mesias! Dengan perasaan sedih Stefanus melancarkan dakwaan-dakwaan atas bangsanya untuk menyatakan kesalahan mereka yang dengan penuh sadar berbuat dua dosa keji, pertama: menyalibkan Anak Allah, kedua: menolak kesaksian Roh Kudus yang baru saja diberitakannya. 

Kristus di kayu salib berkata, "Ya Bapak, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Dan Petrus juga berkata kepada mereka, "Aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan." Tapi sekarang, hal ketidaktahuan tidak dapat diterapkan lagi. Peristiwa itu membuktikan sejelas-jelasnya, bahwa pemimpin-pemimpin Yahudi berbuat dengan penuh kesadaran. Tidak dapat diterapkan lagi perkataan "sebab mereka tidak tahu." Mujizat sudah diadakan; kesaksian sudah diberikan; dan penawaran kerajaan sudah diulangi. Mereka sudah melihat, mendengar, dan mengerti, serta sudah menolaknya. 

"Mujizat-mujizat" itu bukan tidak dimengerti, dan pemimpin-pemimpin mengakui kebenarannya. 

"Kesaksian-kesaksian" rasul-rasul demikian jelasnya, sehingga tidak mungkin disalahtafsirkan. Tapi apakah akibatnya? "Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu." Kemarahan dan penolakan mereka tak terbendung lagi. Dengan penuh kesadaran dan dengan sengaja mereka menolak Roh Kudus, dan penolakan mereka makin lama makin nyata sehingga Stefanus mengucapkan tantangan berikut, "Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus." Bangsa Yahudi diadili dan terbukti bersalah. 

Pembunuhan Stefanus berarti bangsa Yahudi resmi menolak kerajaan yang diulangi penawarannya. Dalam pasal-pasal permulaan Kisah Para Rasul terdapat dua perkataan untuk menyebut pekerjaan rasul-rasul yang dilakukan dengan kuasa ilahi: "Tanda" dan "mujizat-mujizat". Perbuatan itu menandai bahwa apabila rasul-rasul mengabarkan amanatnya, maka kerajaan yang ditawarkan itu dekat lagi. Dan mujizat-mujizat itu memang "perbuatan ajaib" karena asalnya dari Allah, bukan dari manusia, guna menyatakan bahwa Allah sendirilah yang bekerja di antara bangsa pilihan-Nya itu. Sebagaimana kesaksian rasul-rasul terus-terang, begitu pula tanda-tanda itu. Namun pemimpin-pemimpin Yahudi tetap menentang dan menolaknya. 

Dalam pembunuhan Stefanus, amarah pemimpin-pemimpin Yahudi tetap memuncak dan tak dapat dibendung. Mereka menghasut orang banyak untuk menganiaya minoritas Kristen. Pelontaran batu terhadap Stefanus menjadi tanda penganiayaan dan penindasan atas orang-orang beriman, atau api yang menyalakan kebencian yang membara dalam hati bangsa Yahudi terhadap Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya. Perhatikan hubungan ayat-ayat penghabisan pasal 7 dengan ayat permulaan pasal 8: "Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: 'Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku'. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: 'Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!' Dan dengan perkataan itu meninggallah ia... Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua... tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria". Stefanus, orang yang pertama-tama mati martir segera disusul oleh kemartiran ratusan orang Kristen lainnya akibat penganiayaan. Tradisi gereja lama mengatakan, bahwa yang mati martir dalam masa penganiayaan Stefanus lebih 2.000 orang. Pembunuhan Stefanus adalah pernyataan bangsa Yahudi: Dengan penuh kesadaran, sengaja dan resmi menolak Tuhan Yesus sebagai Mesias, Raja dan Juruselamat mereka. 

Akibat pembunuhan Stefanus timbul pekabaran Injil yang pertama di luar kota Yerusalem, ibukota Yahudi. Oleh sebab penganiayaan pertama pada masa pembunuhan Stefanus, maka "Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria". "Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias." Lalu "Setelah keduanya bersaksi dan memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke Yerusalem dan dalam perjalanannya itu mereka memberitakan Injil dalam banyak kampung di Samaria." Kemudian dikatakan, "Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea." 

Sesudah kematian Stefanus, sisa bagian Pertama kitab Kisah Parah rasul menguraikan pekabaran Injil yang pertama kepada "bangsa-bangsa di luar Yahudi". Kota-kota dan orang-orang terkemuka yang diinjili ialah: 

Samaria - Sida-sida Etiopia. 
Damsyik - Saulus yang kemudian menjadi Paulus. 
Kaisarea - Kornelius, kepala pasukan. 
Antiokhia - Pemberitaan Injil kepada bangsa-bangsa lain dibenarkan. 

Pembunuhan Stefanus memindahkan pusat pekabaran Injil ke Antiokhia. Dalam Kisah Para Rasul 11:19 tertulis, "Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja." Mulai dari saat itu Antiokhia menjadi batu loncatan dalam Kisah Para Rasul, Yerusalem masih tetap pimpinan yang memberikan keputusan-keputusan yang menentukan, karena ke-12 rasul masih tinggal di sana. Memang, kedudukan Yerusalem adalah unik karena hubungannya dengan kejadian-kejadian dalam kehidupan Tuhan Yesus, dan karena tempat kelahiran agama Kristen. Meskipun demikian, dilihat dari sudut pekabaran Injil, Antiokhialah yang nampak terkemuka. 

Di Antiokhia "tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan". Dari Yerusalem Barnabas datang ke Antiokhia; dan Barnabas mengajak Saulus yang berasal dari kota Tarsus ke situ. Murid Tuhan disebut "orang Kristen" pada pertama kalinya di kota Antiokhia. Paulus menjadikan Antiokhia pangkalan pekabaran Injil ke seluruh kerajaan Romawi. Dari Antiokhia dikirim bantuan ke Yerusalem dan Yudea. Segala sesuatu dalam Kisah Para Rasul bagian kedua bertalian dengan kejadian-kejadian di Antiokhia. 
Jelaslah kiranya, bahwa pembunuhan Stefanus merupakan "babak baru" dalam Kisah Para Rasul, dan menandai: 
1. Pengujian bangsa Yahudi yang terakhir di ibukota; 
2. Penolakan resmi oleh bangsa Yahudi terhadap penawaran Kerajaan yang diulangi; 
3. Permulaan pekabaran Injil di luar kota; 
4. Pilihan pusat baru yang strategis bagi pekabaran Injil 

Demikianlah arti dan nilai bagian pertama: BANGSA YAHUDI DI IBUKOTA DENGAN RESMI MENOLAK LAGI PENAWARAN KERAJAAN. 


B. KEMARAHAN TERHADAP PAULUS 

Krisis kedua ialah kemarahan terhadap Paulus. Dalam bagian Pertama kematian Stefanus merupakan poros dan puncak segala peristiwa sebelumnya, dan pengantar kepada peristiwa sesudahnya. Demikian juga dalam bagian kedua, kemarahan bangsa Yahudi dalam pasal 22 merupakan puncak penolakan, yang menjelaskan keadaan pada saat itu, dan memberi ketentuan bagi tindakan selanjutnya. 

Marilah menyelidiki Kisah Para Rasul 13 s/d 21. Tuhan Yesus berkata, "Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi". Dalam bagian pertama kesaksian dilakukan di Yerusalem, Yudea dan Samaria; berita itu mula-mula disampaikan hanya kepada bangsa Yahudi saja, tapi karena bangsa Yahudi menolaknya lalu disampaikan juga kepada bangsa lain. Pengabaran berita Kerajaan tidak cukup kalau hanya dikabarkan kepada orang Yahudi di tanah leluhur saja, sebab bagaimana dengan orang Yahudi yang bertaburan di seluruh kerajaan Roma yang jutaan banyaknya itu? Apakah mereka mau menerimanya. Hal itu perlu diselidiki. Mereka perlu diberi kesempatan. Itulah sebabnya maka Kisah Para Rasul bagian kedua menguraikan kesaksian kepada orang Yahudi yang bertaburan itu, "sampai ke ujung bumi". Kita melihat lagi urutan yang tetap: mula-mula kepada orang Yahudi, baru kemudian kepada bangsa-bangsa lain. 

Perjalanan Paulus yang pertama diceritakan dalam pasal 13 dan 14. Ia memberitakan Injil di tempat-tempat berikut: Salamis, Pafos, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra dan Derbe, serta dalam perjalanan kembali. 

Dalam perjalanan pertama, kecuali di Listra dan Derbe, kedua rasul itu mula-mula pergi kepada orang Yahudi, yaitu masuk ke dalam rumah ibadat (sinagoge). Sedang di Listra dan Derbe, mungkin di situ tidak ada sinagoge, dan mungkin juga tidak ada orang Yahudi. Cerita perjalanan ke Listra dan Derbe demikian: "Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk ORANG BANYAK itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota." Jadi orang Yahudi yang mengejar Paulus dan Barnabas ke Listra menghasut orang BANYAK non-Yahudi untuk melawan kedua rasul itu. Agaknya di Listra dan Derbe memang tidak ada orang Yahudi dan tidak ada sinagoge. 

Berita apakah yang dikabarkan oleh kedua rasul itu selama perjalanan pertama ini? Lukas tidak menceritakan panjang-lebar perkataan kedua rasul itu; tapi inti berita yang mereka kabarkan ia catat dengan jelas. "Paulus dan Barnabas memberitakan Injil... dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan allah kita harus mengalami banyak sengsara". Yang menjadi berita, ialah YESUS, sebagai MESIAS, RAJA dan JURU SELAMAT. 

Apakah hasil perjalanan mengabarkan Injil pertama ini? Pada setiap tempat berturut-turut: Di Salamis hasilnya tidak diceritakan. Di Pafos tidak disebutkan reaksi orang banyak, hanya disebutkan perlawanan dari seorang tukang sihir dan bahwa kepala daerah negeri itu yang non-Yahudi percaya. Di Antiokhia di Pisidia orang-orang Yahudi dan "penganut-penganut agama Yahudi" yang sedang berhimpun di sinagoge nampak timbul minatnya; tapi menciut setelah perlawanan yang sengit dari masyarakat Yahudi. Yang perlu diingat, di situ banyak bangsa lain menyambut firman Allah dengan sukacita; dan di situlah karena orang-orang Yahudi melawannya, Paulus berkata: "Kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain". Kemudian di Ikonium "sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya"; tapi setelah itu, lalu timbul perlawanan sengit lagi dari masyarakat Yahudi; mereka juga menghasut orang Yunani melawan Paulus dan Barnabas. Dan akhirnya, di Listra dan Derbe, orang-orang Yahudi yang mengejar kedua rasul itu menghasut orang banyak supaya menganiaya rasul; namun di situ banyak non-Yahudi percaya. 

Jadi jelas bahwa orang Yahudi makin lama makin menutup telinga bagi kesaksian rasul-rasul, dan sementara itu Allah "membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman". Dari cerita perjalanannya ke pulau Siprus, nampaknya kedua utusan Injil itu bermaksud untuk mendekati orang Yahudi saja. Di Antiokhia dan Ikonium mereka terpaksa sadar, bahwa mereka tidak boleh hanya mendekati orang Yahudi saja, sekalipun orang-orang itulah yang harus didatangi lebih dahulu. Sesudah mengungsi ke Likaonia, maka keduanya benar-benar terpaksa mendekati bangsa-bangsa lain. 

Kembali ke jemaat yang menjadi pangkalannya, keduanya "menceritakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman". Keduanya tidak dapat menyampaikan laporan yang menyukakan hati tentang orang Yahudi yang bertobat dan menyambut kabar kesukaan, melainkan bahwa Allah "membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman". Itulah peralihan dan babak baru yang besar sekali artinya. "Kepada bangsa-bangsa lain"; ayat ini makin lama makin mencolok. 

Demikianlah cara, berita dan hasil perjalanan Paulus yang kedua untuk memberitakan Injil. Meskipun di Tesalonika mula-mula disambut dengan baik, namun orang Yahudi yang menerima firman Allah hanyalah beberapa orang, padahal orang Yunani banyak sekali yang percaya. Ada orang-orang yang "menerima firman itu dengan segala kerelaan hati" di Berea, sekalipun ternyata bahwa sebagian besar tidak suka percaya. Perlawanan orang Yahudi sampai kepada puncaknya ketika Paulus di Korintus, sehingga ia mengatakan sesuatu yang penuh arti: "Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." 

Perjalanan ketiga dilaporkan dalam 18:23 s/d 21:3, tapi yang diceritakan hanya kejadian di Efesus; ceritanya panjang, satu pasal penuh. Caranya sama, pertama-tama kepada orang Yahudi. Berita yang disampaikan ialah "Kerajaan Allah". Orang-orang Yahudi yang sebagian besar tidak suka percaya dan mengadakan perlawanan, rupanya banyak juga yang menerima firman itu. Akibatnya, rasul-rasul berpaling kepada bangsa-bangsa lain sehingga timbul gerakan yang tersiar luas di antara mereka. 

Jadi dalam ketiga perjalanannya, Paulus memberitakan Injil kepada orang Yahudi yang bertaburan itu. Begitu juga rasul-rasul lainnya, di antaranya Barnabas. Apakah akibatnya dan hasilnya? Jelas bahwa orang Yahudi yang bertaburan bersikap sama dengan Yahudi di tanah leluhur. Meskipun dalam dua tiga tempat banyak juga yang menyambut firman Allah, namun pada umumnya mereka menolak dan menghalanginya. Mereka tetap membangkang dan berseru, "Kami tidak mau ORANG INI menjadi raja atas kami". Pada saat Paulus kembali di Yerusalem dari perjalanannya yang ketiga, apakah laporannya? "Paulus... menceritakan dengan terperinci apa yang dilakukan Allah DI ANTARA BANGSA-BANGSA LAIN oleh pelayanannya". Hal ini besar sekali artinya, terutama jika ditilik dari peristiwa yang berikutnya di Yerusalem. 

Sekarang tiba peristiwa kedua di antara tiga peristiwa yang merupakan kunci Kitab Kisah Para Rasul. Paulus datang di Yerusalem pada hari raya Pentakosta, saat mana banyak datang orang Yahudi dari segenap penjuru dunia, seperti pada hari-hari Pentakosta sebelumnya. Pada saat itu Roh Kudus mula-mula dicurahkan ke atas rasul-rasul, lalu Petrus menerangkan kepada "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" bahwa pencurahan itulah yang menggenapi nubuat nabi Yoel. Sekali lagi, Paulus diserang oleh orang Yahudi yang bertaburan yang datang di Yerusalem mewakili orang-orang Yahudi dari bermacam-macam wilayah kerajaan Roma untuk merayakan Pentakosta. Semua mereka mengenal Paulus karena perjalanan-perjalanannya itu. Sekarang mereka akan memuntahkan penolakan, baik terhadap Paulus maupun amanatnya yang terakhir dan keras. 

Perhatikanlah yang menghasut kegaduhan terhadap Paulus, ialah "orang-orang Yahudi yang datang dari Asia". Teriakan mereka laksana bensin tercurah ke atas bara; seluruh kota itu pun gemparlah! Hanya karena kepala pasukan segera campur tangan maka Paulus terhindar dari pembunuhan. Meskipun tubuhnya biru lebam akibat pukulan orang banyak, namun Paulus merasa perlu mengatakan pembelaan kepada bangsanya dari tangga istana. Pembelaannya dilaporkan dalam pasal 22. Ketika ia sampai kepada pokok tertentu dan mengatakan sesuatu, maka orang banyak pun berteriak dengan gemparnya. Kemarahan mereka terhadap pokok yang tertentu itulah yang menjadikan saat itu babak baru yang penting. "Rakyat mendengarkan Paulus sampai kepada perkataan itu; tetapi sesudah itu, mereka mulai berteriak, katanya: 'Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!' Mereka terus berteriak sambil melemparkan jubah mereka dan menghamburkan debu ke udara". Apakah yang menyebabkan mereka gempar dan berteriak-teriak? Kata-kata sebagei berikut: "Kata Tuhan kepadaku: 'Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain". 

Yang berteriak ialah yang tidak percaya, yakni semua wakil orang Yahudi yang bertaburan bersama orang Yahudi di tanah leluhur; mereka meneriakkan penolakan terakhir tidak menerima Yesus sebagai Mesias, dan berita keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Mereka menolak mentah-mentah hal yang terakhir itu, yang karena kemabukan ras membuat mereka marah-gila! Mereka sendiri tidak suka menerima Kerajaan, tapi juga melawan amat sangat bila bangsa lain akan diberi hal apa pun. 

Segala sesuatu sejak permulaan pasal 13 berkembang menuju pokok tertentu. Dan akibatnya ialah semua peristiwa berikut: 
Paulus di hadapan Mahkamah Agama. 
Paulus di hadapan gubernur Feliks. 
Paulus di hadapan gubernur Festus. 
Paulus di hadapan raja Agripa. 
Paulus dikirim dari Yudea ke Roma. 


C. BERALIH KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN 

Krisis terakhir terdapat dalam pasal 28. Sesudah mengarungi laut dan mengalami banyak marabahaya, akhirnya Paulus mendarat di Roma. Karena Paulus bukan penjahat, dan boleh jadi atas kehendak Yulius, kepala pasukan yang baik hati itu, maka ia beroleh banyak kebebasan, baik selama ditahan di Kaisarea dan selama berlayar di laut maupun di Roma. Meskipun ia terbelenggu dan dijaga, namun ia diizinkan tinggal di rumah yang disewanya sendiri. Setelah 3 hari di Roma, "Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi". Setelah ia memperkenalkan diri dan menceritakan keadaannya, ditetapkanlah suatu hari untuk menguraikan firman Allah tentang Tuhan Yesus dan penawaran baru akan kerajaan Allah bagi Israel. 

Ketika pemimpin-pemimpin Yahudi berhimpun pada hari yang ditetapkan itu, kesaksian apakah yang diberitakan Paulus? Jawab pertanyaan ini tertulis dalam pasal 28:23, "Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberikan kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus." Meskipun sudah mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan di Yudea dan di wilayah-wilayah kerajaan Roma, namun berita dan caranya tidak berubah; kepada orang Yahudi dahulu, kemudian kepada bangsa-bangsa lain; dan pokok kesaksiannya sama: "Kerajaan". 

Apakah hasilnya? "Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya". Ada kesan bahwa orang yang percaya itu pun tidak dengan sukacita menerima firman; hanya menerima dengan mulut dan akalnya saja; hal itu ternyata dari kata-kata yang dipakai dalam bahasa Yunani. Sedang orang yang tidak percaya memang dengan sengaja menolak firman Allah. 

Lukas menyimpulkan hasil itu demikian: "Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: 'Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.'" Kesimpulan itu merupakan titik krisis terakhir. 

Setelah menguraikan titik krisis ketiga dan terutama ini, Kitab Kisah Para Rasul selesai. Yang dituju telah dicapai, dan yang dimaksudkan telah digenapi. Penawaran Kerajaan Surga diulangi dan dikabarkan selama 30 tahun; mula-mula kepada orang Yahudi yang bertaburan di wilayah kerajaan Romawi, dan akhirnya kepada orang Yahudi di ibukota kerajaan. Bersama berita Kerajaan, dikabarkan juga pekerjaan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat karena kematian dan kebangkitan-Nya. Tapi orang Yahudi dimana-mana, umumnya tidak percaya, bahkan memusuhinya. Peristiwa yang terjadi di Roma merupakan penguatan yang terakhir: Bangsa Yahudi menolak penawaran ulang dari hal Yesus sebagai Mesias dan Raja dan Juruselamat. Selama zaman ini, bangsa Israel disisihkan dari menjadi umat wakil Allah di atas bumi. Dan Injil tentang kasih karunia Allah kepada segenap isi dunia diberitakan kepada segala bangsa. 

Dengan demikian, Kisah Para Rasul menyiapkan pembaca untuk membaca Surat-surat Kiriman yang menguraikan hal gereja Kristen. Di sini yang akan dibahas adalah gerakan baru yang ajaib dalam kehendak Allah, yakni: GEREJA, yang menjadi Tubuh Anak Allah, serta menjadi pengantin dan rumah-Nya. Selama ini GEREJA disembunyikan dalam hati Allah, tapi sekarang dinyatakan sebagai jawaban atas penolakan bangsa Israel. 

Kita telah menjelajahi Kisah Para Rasul; kita meneliti amanatnya yang pertama yang tergantung pada ketiga krisis yang tersebut dalamnya. Karena ceritanya diakhiri tiba-tiba, maka banyak yang menyangka kitab ini belum selesai. Tapi apabila dianggap belum selesai, maka lenyaplah arti utamanya. 

Bagaimanapun cara pengakhiran kitab ini dikritik dari sudut sastra atau sejarah, namun dari sudut arti, drama yang benar itu sempurna sekali - dan inilah yang terutama. Kitab ini menandai peralihan zaman dalam rencana Allah. Bangsa Israel telah menolak Tuhan Yesus sebagai Mesias, Raja dan Juruselamat, dan penawaran Kerajaan-Nya. Dalam Kitab Kisah Para Rasul, Lukas menceritakan penawaran ulang Kerajaan, sampai pada saat keputusan Israel untuk menolaknya sudah nyata. Cara pengakhiran yang tiba-tiba itu mendorong kita untuk meneliti Surat Kiriman Rasul-rasul; di sana kita akan mendapat pelajaran yang gemilang tentang jemaat, tubuh Anak Allah dan pengantin-Nya. 

Cara pengakhiran Kisah Para Rasul memang SENGAJA tidak lengkap. Maka timbul bermacam-macam pertanyaan. Apakah Paulus dilepaskan setelah pengadilannya yang pertama di Roma? Apakah ia mengadakan perjalanan lagi beberapa bulan lamanya, sebagai sangkaan orang? Apakah yang diperbuat orang di Yerusalem? Apakah yang terjadi dengan 12 rasul? Apakah Petrus mengunjungi kota Roma? Semua hal itu tidak diceritakan karena di luar tujuan kitab ini. 

Banyak peristiwa yang mengherankan dan menimbulkan pertanyaan tercantum pada setiap lembaran kitab ini. Terutama yang membuat peristiwa lain itu dalam bentuk kuasa dan nilai yang sebenarnya. Analisis berikut menggambarkan seluruh kitab, menunjukkan krisis-krisis dan gerakan-gerakannya. 

1. PENGURUSAN YANG MENGHERANKAN 

Seperti diuraikan di atas, Kisah Para Rasul terutama menceritakan penawaran ulang kepada bangsa Yahudi "Kerajaan Surga" yang telah lama dijanjikan. Penolakan atas penawaran itu menjadi sebab-musabab untuk mengetengahkan jemaat dalam sejarah. Di situlah letak kepentingannya yang terutama. 

Adalah kehendak Allah yang dalam dan mendasar yang mengalir bersamaan dengan penolakan bangsa Yahudi terhadap Tuhan Yesus dan Kerajaan Surga. Semua hal itu akan nyata bila membaca Surat-surat Kiriman Rasul-rasul. Penawaran ulang kerajaan mula-mula ditolak oleh bangsa Yahudi di negeri leluhur, kemudian oleh bangsa Yahudi yang bertaburan. Tapi di seluruh kerajaan Romawi muncul himpunan orang percaya, sebagian besar terdiri dari non-Yahudi (banyak juga orang Yahudi yang percaya, tapi keseluruhan bangsa itu tetap menolaknya). Sementara penolakan bangsa Yahudi makin memuncak, maka himpunan orang beriman itu pun makin bertambah besar artinya. Sebagaimana penyaliban di Golgota telah diketahui Allah sebelumnya, dan dipakai-Nya menjadi korban pendamaian dalam diri Juruselamat, begitu juga pembangkangan bangsa Yahudi telah diketahui-Nya sebelumnya dan dipakai-Nya. Allah melalui tulisan penulis-penulis yang diilhami-Nya memperkenalkan himpunan orang beriman yang bertaburan di seluruh kerajaan Romawi, sebagai himpunan pertama dari gereja - tubuh, pengantin dan rumah bagi Anak Allah yang kekal - yang terdiri dari orang-orang yang ditebus dengan darah Kristus dan diperanakan kembali oleh Roh Kudus. 

Paulus berkata bahwa "rahasia" jemaat itu kepadanyalah mula-mula dinyatakan. Sebelum itu, "berabad-abad tersembunyi dalam Allah". Jadi jelas, bahwa jemaat Perjanjian Baru bukanlah amanat nabi-nabi dan nubuat dalam Perjanjian Lama. Benarlah jika dikatakan, bahwa jemaat itu terselindung dalam tokoh-tokoh dan lukisan-lukisan Perjanjian Lama. Tapi Perjanjian Lama tidak pernah mengatakannya dengan nyata-nyata. Sekarang, sementara kisah yang sedih tentang penolakan bangsa Yahudi diuraikan dalam bagian akhir Kisah Para Rasul, maka kelompok-kelompok orang beriman di segenap pelosok kerajaan Romawi diberi arti baru dalam terang yang memancar dari Surat-surat Kiriman Rasul-rasul. Dari abu dan reruntuhan ketidakpercayaan bangsa Yahudi timbul suatu bangunan rohani yang baru lagi indah, ialah jemaat, dan kelompok yang kecil-kecil itulah anggotanya yang pertama. Jemaat itulah pengantin yang terpilih bagi Yesus yang di surga, rumah rohani bagi Tuhan yang dimuliakan, tubuh rahasia bagi Dia yang dijadikan Kepala tas segala sesuatu. Sekarang "kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata". Suatu zaman baru timbul! Allah terus melaksanakan kehendak-Nya dengan tidak dapat dirintangi. Tidak mengherankan bahwa saat Paulus merenungkan suatu aspek "rahasia" itu berseru, "Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya". 

Tapi sekali lagi himpunan-himpunan baru orang-orang beriman yang berserak-serah di seluruh kerajaan Romawi itu, hanya kelihatan artinya yang sedalam-dalamnya jika diterangi oleh Surat-surat Kiriman Rasul-rasul. Apabila dalam Kisah Para Rasul terdapat istilah "jemaat" hendaknya dibaca "perhimpunan", supaya jangan mengartikan "jemaat" dengan arti lain yang timbul kemudian daripada itu. Jika kita ingat baik-baik bahwa Kisah Para Rasul ada penawaran ulang Kerajaan kepada bangsa Yahudi, maka kita takkan keliru; lagi pula, masalah berhubungan dengan tiadanya tanda-tanda mujizat hari Pentakosta pada zaman ini, akan lenyap dengan sendirinya. 

Pendapat yang mengatakan bahwa permulaan sejarah jemaat Kristen ialah hari Pentakosta, haruslah disertai syarat, janganlah tanda-tanda mujizat pada hari Pentakosta itu dianggap pola bagi jemaat Kristen. Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta merupakan "meterai" atas penawaran ulang kerajaan kepada bangsa Israel; di samping itu boleh dianggap permulaan jemaat, karena Roh Kudus mempersekutukan orang-orang beriman menjadi suatu tubuh rohani. Arti pencurahan Roh nampak jelas sekali berkenaan dengan bangsa Israel; sedang pertaliannya dengan gereja barulah nampak di kemudian hari. 

2. KISAH ADALAH LANJUTAN 

Kitab Kisah Para Rasul adalah lanjutan. Kata pembukaannya berbunyi, "Hal Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat". Injil Lukas diakhiri dengan cerita kenaikan Tuhan Yesus, dan Kitab Kisah Para Rasul mulai dengan kenaikan itu. Jadi Kisah Para Rasul adalah lanjutan Injil Lukas. 

Tapi istilah "lanjutan" mengandung arti yang lebih dalam lagi. Kitab Kisah Para Rasul tidak hanya suatu cerita kesaksian tentang Kristus yang sudah tidak di dunia lagi. Kenaikan-Nya tidak memisahkan murid-murid dari Dia. Bahkan Ia baru benar-benar BESERTA dengan mereka, setelah Ia meninggalkan mereka! Sepanjang cerita Kisah Para Rasul, Tuhan Yesus sendirilah yang berbuat; Dia bahkan senantiasa hadir, meskipun tubuh-Nya tidak kelihatan. Tuhan Yesus yang disalibkan, lalu bangkit dan dinaikkan, Dia-lah yang MELANJUTKAN bekerja dengan Roh-Nya melalui saksi-saksi yang dipilih-Nya. 

Sepanjang cerita Kisah Para Rasul Yesus-lah yang menguasai segala sesuatu. Dia-lah yang mencurahkan Roh Kudus; Dia-lah yang menyembuhkan orang lumpuh; Dia-lah yang menambah himpunan itu dengan orang-orang "yang diselamatkan"; Dia-lah yang nampak "berdiri di sebelah kanan Allah"; Dia-lah yang kelihatan di jalan menuju Damsyik sehingga Paulus bertobat; Dia-lah yang menyembuhkan Eneas; Dia-lah yang menetapkan hati Paulus dalam benteng di Yerusalem; demikianlah sepanjang kitab ini. Ketika Ia masih nampak dilihat, Ia terpancang di suatu tempat. Tapi sekarang Ia berbuat dan berkata secara lebih lengkap dengan Roh Kudus. 

3. KUNCI ROHANI 

Sudah diketahui bahwa kunci urutan cerita ialah Kisah Para Rasul 1:8, "di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Itulah urutan perkembangan kesaksian yang menjadi tubuh kitab ini. Dan pintu iman pun dibukakan secara serasi: kepada orang Yahudi, orang Romawi, dan orang Yunani; sesuai urutan dalam Injil yang empat itu. Tapi kunci ROHANInya ialah uangkapan "oleh Roh Kudus". Dengan mudah dapat diketahui dari pasal-pasal pertama harta yang disikapkan oleh KUNCI INI: 
Pasal 1: "Dengan Roh Kudus" - Kuasa (1:5, 8). 
Pasal 2: "Dengan Roh Kudus" - Ucapan (2:3-4:6). 
Pasal 3-4: "Dengan Roh Kudus" - Keberanian (4:8, 19-31). 
Pasal 5: "Dengan Roh Kudus" - Tanda-tanda dan mujizat-mujizat (5:9, 12, 25, 32). 
Pasal 6: "Dengan Roh Kudus" - Hikmat (6:3, 10). 

Singkapan di atas hanya dari beberapa pasal saja. Barangsiapa mempelajari, merenungkan dan mengerti segala jalan Roh Kudus yang disingkapkan oleh Kisah Para Rasul dalam pekerjaan-Nya bagi Allah dan kesaksian-Nya bagi Kristus akan diperlengkapi dengan hikmat yang sebaik-baiknya. Barangkali ucapan tentang Roh Kudus yang amat menyedihkan ialah dalam Kisah Para Rasul 28:25-28. 

4. TELADAN ROHANI 

Jemaat zaman sekarang dapat belajar sebanyak-banyaknya dari himpunan orang beriman dalam Kisah Para Rasul. Baiklah kita berulang kali melihat kepada kitab yang diilhami oleh Roh itu, untuk menguji keadaan kita masing-masing, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Sayang, kebanyakan gereja zaman sekarang jauh tertinggal dari persekutuan orang beriman pada zaman gereja pertama itu. "Dan ingatlah, bahwa engkau telah membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu" (Keluaran 25:40). Demikianlah perintah Allah kepada Musa. Roh Kudus berkata demikian juga kepada gereja-gereja dengan perantaraan Kisah Para Rasul. "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat" (Wahyu 2:7). 

Di sini disinggung sedikit suatu hal yang dapat dijadikan buku tebal. Contohnya, Kisah Para Rasul 5:12-17, 18, 42. Ada tiga sifat yang menjadi ciri khas himpunan itu: 

1. Himpunan mempunyai kuasa MENOLAK. "Orang-orang lain tidak ada yang berani bergabung dengan mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak". Himpunan orang beriman itu mendampakkan rasa takut dalam hati orang. Kebanyakan orang sekarang menyangka, bahwa jemaat hanya membutuhkan kuasa menarik saja. Sangkaan demikian tidak benar. Jemaat perlu juga memiliki kuasa menolak; menolak orang munafik, menolak orang yang berkompromi dengan dunia, dan menolak orang yang bermaksud merusak. Aib besar bagi jemaat sekarang, karena terlalu banyak anggotanya senantiasa mengejar dan mengutamakan hal-hal duniawi! Dalam jemaat pertama yang dijiwai oleh Roh Kudus, kesucian berkembang dan kemunafikan mati. 

2. Himpunan itu mempunyai kuasa MENARIK. "Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya". Jadi, yang ditarik ada dua golongan: (a) orang-orang percaya; (b) orang-orang sakit datang memohon kesembuhan. Bagaimanakah jemaat kita jika diukur dengan sifat ini? Mengapa banyak jemaat sekarang yang tak diacuhkan orang, bahkan oleh mereka yang terkena penyakit dosa dan penyakit kesepian? 

3. Himpunan itu mempunyai kuasa MENGATASI. "Mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya... bertindak sebab mereka sangat iri hati". Hati mereka mendidih karena bencinya kepada orang Kristen! Anggota himpunan itu ada yang dipenjarakan, ada yang disesah, ada yang dibuang! Tapi bagaimanakah keadaan himpunan itu? "Setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah... memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias. Demikianlah sifat jemaat yang benar-benar dipacu oleh kuasa Roh Kudus. Tantangan tidak dilengkapkan, tapi dimanfaatkan. Kesusahan diubah menjadi keunggulan. Sengsara oleh sebab nama Tuhan Yesus boleh ada; tapi imbalannya ialah limpahan kasih karunia dan akhirnya terjadi kemenangan.

Sumber : http://www.sarapanpagi.org/kisah-para-rasul-vt124.html