Minggu, 23 April 2017

Siapa Penulis Kisah Para Rasul?

Kisah Para Rasul adalah kitab kelima dalam Perjanjian Baru setelah keempat Injil yang berkisah tentang kehidupan dan karya Yesus hingga pada kematian dan kebangkitanNya. Kisah Para Rasul adalah satu-satunya kitab dalam Perjanjian Baru yang melanjutkan kisah tentang Yesus dalam Gereja Perdana. Kitab ini menyajikan informasi mengenai permulaan Gereja dan memberi gambaran bagaimana kehidupan umat Kristen generasi pertama dalam mengikuti Yesus. Kejadian-kejadian yang ada di dalamnya dapat juga ditemukan dalam surat-surat dan kitab-kitab perjanjian baru yang lain. Bisa dikatakan bahwa kitab ini melanjutkan kisah Yesus dalam Gereja Perdana, meskipun Yesus sudah tidak lagi tinggal bersama mereka di bumi.
Dalam bahasa Yunani, kitab ini disebut Praxeis Apostolon. Sudah pasti tidak ada judul yang dituliskan pada naskah aslinya. Praxies (Πράξεις) dapat diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai acts, dan itulah nama kitab ini dalam Bahasa Inggris. Sedangkan Apostolon (Inggris : apostles) berarti (para) rasul. Dalam Bahasa Indonesia, nama Yunani itu diterjemahkan sebagai Kisah Para Rasul, karena kata “kisah” dianggap sebagai perluasan dari kata perbuatan-perbuatan atau tindakan (acts). Perbuatan-perbuatan para tokoh dalam kitab ini dituntun oleh Roh Kudus, dan dinilai penting, luar biasa, pantas diingat dan berpengaruh terhadap sejarah, sehingga cocok untuk disebut sebagai “kisah” daripada hanya sekedar “perbuatan”. Ini membuat kata “kisah” dianggap tepat untuk menamai kitab ini.
Meskipun disebut kisah (atau perbuatan) para rasul, namun sebetulnya para rasul sendiri tidak mendominasi isi kitab ini. Hanya pada bagian awal saja dikisahkan keseluruhan para rasul, mulai dari penantian mereka akan janji Yesus, dan pemilihan Matias untuk menggenapi kelompok dua belas rasul sebagai pengganti Yudas Iskariot. Pada bagian selanjutnya mereka hanya disebutkan sebagai kelompok dan hanya tiga rasul yang diberitakan lebih lanjut, yaitu :
·         Yakobus. Ia hanya dikisahkan pada saat dibunuh oleh Herodes Agrippa (Kis 12 : 1-2)
·         Yohanes. Ia disebut sebagai saudara Yakobus (Kis 12:2), dan dikisahkan selalu bersama Petrus, misal pada saat Petrus menyembuhkan orang lumpuh (Kis 3 : 1-10), di depan Mahkamah Agama (Kis 4 : 1-22) dan diutus ke Samaria (Kis 8 : 14).
·         Petrus. Ia banyak memiliki peran penting pada bagian awal kitab ini
 Maka dapat dikatakan bahwa judul Kisah Para Rasul atau Perbuatan Para Rasul menjadi tidak pas, karena para rasul hanya mendapat porsi sedikit dalam kitab ini. Penamaan ini mungkin diberikan oleh para orang Kristen di Roma, yang menilai bahwa Petrus dan Paulus sebagai rasul utama. Dan memang dua tokoh ini adalah tokoh utama dalam kitab ini.
PENULIS KISAH PARA RASUL
Hampir semua kitab dalam Alkitab tidak mencantumkan nama penulisnya. Begitu juga dengan Kisah Para Rasul. Saat ini bisa dipastikan bahwa penulis kitab ini sama dengan penulis injil ketiga yang saat ini kita kenal sebagai Injil Lukas. Ada beberapa argumen yang mendukung pernyataan tersebut :
1. Kisah Para Rasul dan Injil Lukas keduanya ditujukan kepada Teofilus. Pada permulaan Kisah Para Rasul, penulis mengingatkan Teofilus akan tulisannya yang pertama, yaitu Injil Lukas. Teofilus ini jelas mengenal sang penulis. Akan tetapi kita pada masa kini tidak tahu dengan pasti siapa Teofilus ini. Teofilus dapat diartikan secara harafiah sebagai “kekasih Allah”. Ada dua kemungkinan yang dikemukakan para ahli mengenai siapa Teofilus ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa Teofilus ini menunjuk pada siapapun yang “Mengasihi Allah”, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa Teofilus ini adalah nama seseorang (entah pengikut Kristus atau hanya simpatisan), yang cukup kaya dan berpengaruh (lihatlah bagaimana penulis menyapanya sebagai “Teofilus yang mulia” dalam injil Lukas) untuk dapat menyalin dan mendistribusikan injil.
Dalam pendahuluan kitab Kisah Para Rasul, penulis menyebutkan “buku pertama”. Ini memastikan bahwa penulis dari kedua kitab yang ditujukan kepada Teofilus itu adalah orang yang sama.
2. Kisah Para Rasul dimulai dari tempat dimana Injil Lukas berakhir, yaitu kenaikan Yesus ke surga.
3. Para ahli sependapat bahwa kedua kitab itu terdapat persamaan: ungkapan-ungkapan, gaya bahasa dan cara penyajian ceritanya. Bahasa Yunani dan seni sastra yang digunakan dalam kedua kitab itu pun sama. Banyak cerita dalam Kisah Para Rasul yang sejalan (atau serupa) dengan apa yang dikisahkan dalam Injil Lukas. Misalnya mujizat-mujizat yang dilakukan Petrus (menyembuhkan orang lumpuh, membangkitkan orang mati) secara spontan akan mengingatkan pembaca pada mujizat yang dilakukan Yesus. Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Stefanus (Kis 7 : 60) sama dengan yang dikatakan Yesus ketika disalib (Luk 23 : 34).
3. Dalam Kisah Para Rasul 16:10-17, 20:5-15, 21:1-18; 27:1-28:16 terdapat kata ganti kami (bagian ini dikenal sebagai We Section, dimana terdapat perubahan kata ganti orang dari mereka menjadi kami). Karena itu umumnya orang berpendapat, bahwa penulis kitab ini, mulai dari pasal 16 ke atas, tentulah salah seorang teman seperjalanan Paulus sejak mulai dari Troas. Tapi penulis itu bukanlah Silas atau Timotius. Dan tidak ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa penulisnya Titus. Jadi siapakah penulisnya? Mengingat persamaan gaya bahasa dalam pasal-pasal sebelum dan sesudah pasal 16, maka dapat dipastikan bahwa segenap kitab itu ditulis oleh satu orang, yakni Lukas. Lukas ini disamakan dengan Lukas yang disebut dalam beberapa Surat Paulus (Filemon 24; Kolose 4:14; 2 Timotius 4:11). Surat Kolose menyebut Lukas ini sebagai Lukas si tabib. Tradisi Kristen memang menyebutnya demikian, dan didukung dengan adanya istilah medis dan diagnosa penyakit yang dipakai dalam kedua kitab tersebut.
Namun, hingga saat ini masih banyak perdebatan yang meragukan tradisi ini. Ada banyak perbedaan sudut pandang dari Lukas dan Paulus untuk peristiwa yang sama. Kisah Para Rasul tidak pernah menyebutkan surat-surat Paulus. Dan terlihat bahwa Lukas memiliki pandangan teologi yang berbeda dengan Paulus sebagai rekan dan gurunya. Kisah Para Rasul tidak pernah menyebut pandangan Paulus mengenai keselamatan dalam iman dan dalam Kristus, juga sangat berbeda dalam menilai pandangan Paulus terhadap Taurat. Hal ini mungkin karena masa penulisan Lukas dan Kisah Para Rasul terjadi sesudah kematian Paulus, sehingga memiliki situasi pendengar dan pandangan berbeda. Kisah Para Rasul lebih menekankan pada Gereja Perdana dan bersifat historikal.
4. Tradisi Kristen semenjak Ireneus pada abad kedua (175-225 M) berkata bahwa kedua kitab itu ditulis oleh Lukas, teman sekerja Paulus, sang tabib itu. Hal ini didukung oleh tulisan-tulisan kuni lain, seperti tulisan Klemens dari Alexandria (156-1215 M), Tulisan Tertullian (160-200 M), serta Tulisan Origen (185-254 M). Pendapat ini dibenarkan oleh kebanyakan sarjana zaman sekarang. Kanon Muratoria (170-180 M) menyebutkan bahwa injil ketiga ditulis oleh Lukas, seorang tabib. Lukas bertindak sebagai asisten Paulus untuk urusan surat menyurat. Namun jati diri Lukas tidak pernah diketahui secara pasti, begitu juga dimana ia menuliskan kitab-kitabnya. Lukas (Lucius; Loukaios-Lucianus) berarti orang yang dilahirkan waktu fajar menyingsing. Nama ini sangat umum digunakan pada masa itu. Sumber tradisi lain (Eusibius dalam Sejarah Ekklesiastis) menyebutkan bahwa Lukas adalah seorang Antiokhia-Siria. Ada yang menyebutkan Lukas menulis kitabnya di Akkaia (Yunani), namun ada juga yang mengatakan di Kaisarea atau Roma. Namun bisa dipastikan Lukas memiliki latar belakang non Yahudi karena penulisan karyanya sangat bergaya Yunani, dan terlihat sangat paham dengan kesusasteraan Yunani.

Share this

0 Comment to "Siapa Penulis Kisah Para Rasul?"

Posting Komentar