Kisah Para Rasul
adalah kitab kelima dalam Perjanjian Baru setelah keempat Injil yang berkisah
tentang kehidupan dan karya Yesus hingga pada kematian dan kebangkitanNya.
Kisah Para Rasul adalah satu-satunya kitab dalam Perjanjian Baru yang
melanjutkan kisah tentang Yesus dalam Gereja Perdana. Kitab ini menyajikan
informasi mengenai permulaan Gereja dan memberi gambaran bagaimana kehidupan
umat Kristen generasi pertama dalam mengikuti Yesus. Kejadian-kejadian yang ada
di dalamnya dapat juga ditemukan dalam surat-surat dan kitab-kitab perjanjian
baru yang lain. Bisa dikatakan bahwa kitab ini melanjutkan kisah Yesus dalam
Gereja Perdana, meskipun Yesus sudah tidak lagi tinggal bersama mereka di bumi.
Dalam bahasa Yunani,
kitab ini disebut Praxeis Apostolon. Sudah
pasti tidak ada judul yang dituliskan pada naskah aslinya. Praxies
(Πράξεις) dapat diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai acts, dan itulah nama
kitab ini dalam Bahasa Inggris. Sedangkan Apostolon (Inggris : apostles)
berarti (para) rasul. Dalam Bahasa Indonesia, nama Yunani itu diterjemahkan
sebagai Kisah Para Rasul, karena kata “kisah” dianggap sebagai perluasan dari
kata perbuatan-perbuatan atau tindakan (acts). Perbuatan-perbuatan para tokoh
dalam kitab ini dituntun oleh Roh Kudus, dan dinilai penting, luar biasa,
pantas diingat dan berpengaruh terhadap sejarah, sehingga cocok untuk disebut
sebagai “kisah” daripada hanya sekedar “perbuatan”. Ini membuat kata “kisah”
dianggap tepat untuk menamai kitab ini.
Meskipun disebut
kisah (atau perbuatan) para rasul, namun sebetulnya para rasul sendiri tidak
mendominasi isi kitab ini. Hanya pada bagian awal saja dikisahkan keseluruhan
para rasul, mulai dari penantian mereka akan janji Yesus, dan pemilihan Matias
untuk menggenapi kelompok dua belas rasul sebagai pengganti Yudas Iskariot.
Pada bagian selanjutnya mereka hanya disebutkan sebagai kelompok dan hanya tiga
rasul yang diberitakan lebih lanjut, yaitu :
·
Yakobus. Ia hanya dikisahkan
pada saat dibunuh oleh Herodes Agrippa (Kis 12 : 1-2)
·
Yohanes. Ia disebut sebagai
saudara Yakobus (Kis 12:2), dan dikisahkan selalu bersama Petrus, misal pada
saat Petrus menyembuhkan orang lumpuh (Kis 3 : 1-10), di depan Mahkamah Agama
(Kis 4 : 1-22) dan diutus ke Samaria (Kis 8 : 14).
·
Petrus. Ia banyak memiliki
peran penting pada bagian awal kitab ini
Maka dapat
dikatakan bahwa judul Kisah Para Rasul atau Perbuatan Para Rasul menjadi tidak
pas, karena para rasul hanya mendapat porsi sedikit dalam kitab ini. Penamaan
ini mungkin diberikan oleh para orang Kristen di Roma, yang menilai bahwa
Petrus dan Paulus sebagai rasul utama. Dan memang dua tokoh ini adalah tokoh
utama dalam kitab ini.
PENULIS KISAH PARA RASUL
Hampir semua kitab
dalam Alkitab tidak mencantumkan nama penulisnya. Begitu juga dengan Kisah Para
Rasul. Saat ini bisa dipastikan bahwa penulis kitab ini sama dengan penulis
injil ketiga yang saat ini kita kenal sebagai Injil Lukas. Ada beberapa argumen
yang mendukung pernyataan tersebut :
1. Kisah Para Rasul
dan Injil Lukas keduanya ditujukan kepada Teofilus. Pada permulaan Kisah Para
Rasul, penulis mengingatkan Teofilus akan tulisannya yang pertama, yaitu Injil
Lukas. Teofilus ini jelas mengenal sang penulis. Akan tetapi kita pada masa
kini tidak tahu dengan pasti siapa Teofilus ini. Teofilus dapat diartikan
secara harafiah sebagai “kekasih Allah”. Ada dua kemungkinan yang dikemukakan
para ahli mengenai siapa Teofilus ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa
Teofilus ini menunjuk pada siapapun yang “Mengasihi Allah”, sedangkan pendapat
kedua mengatakan bahwa Teofilus ini adalah nama seseorang (entah pengikut
Kristus atau hanya simpatisan), yang cukup kaya dan berpengaruh (lihatlah
bagaimana penulis menyapanya sebagai “Teofilus yang mulia” dalam injil Lukas)
untuk dapat menyalin dan mendistribusikan injil.
Dalam pendahuluan
kitab Kisah Para Rasul, penulis menyebutkan “buku pertama”. Ini memastikan
bahwa penulis dari kedua kitab yang ditujukan kepada Teofilus itu adalah orang
yang sama.
2. Kisah Para Rasul
dimulai dari tempat dimana Injil Lukas berakhir, yaitu kenaikan Yesus ke surga.
3. Para ahli
sependapat bahwa kedua kitab itu terdapat persamaan: ungkapan-ungkapan, gaya
bahasa dan cara penyajian ceritanya. Bahasa Yunani dan seni sastra yang
digunakan dalam kedua kitab itu pun sama. Banyak cerita dalam Kisah Para Rasul
yang sejalan (atau serupa) dengan apa yang dikisahkan dalam Injil Lukas.
Misalnya mujizat-mujizat yang dilakukan Petrus (menyembuhkan orang lumpuh,
membangkitkan orang mati) secara spontan akan mengingatkan pembaca pada mujizat
yang dilakukan Yesus. Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Stefanus (Kis 7 :
60) sama dengan yang dikatakan Yesus ketika disalib (Luk 23 : 34).
3. Dalam Kisah Para
Rasul 16:10-17, 20:5-15, 21:1-18; 27:1-28:16 terdapat kata ganti kami (bagian
ini dikenal sebagai We Section, dimana terdapat
perubahan kata ganti orang dari mereka menjadi kami). Karena itu umumnya orang
berpendapat, bahwa penulis kitab ini, mulai dari pasal 16 ke atas, tentulah
salah seorang teman seperjalanan Paulus sejak mulai dari Troas. Tapi penulis
itu bukanlah Silas atau Timotius. Dan tidak ada tanda-tanda yang menyatakan
bahwa penulisnya Titus. Jadi siapakah penulisnya? Mengingat persamaan gaya
bahasa dalam pasal-pasal sebelum dan sesudah pasal 16, maka dapat dipastikan
bahwa segenap kitab itu ditulis oleh satu orang, yakni Lukas. Lukas ini
disamakan dengan Lukas yang disebut dalam beberapa Surat Paulus (Filemon 24;
Kolose 4:14; 2 Timotius 4:11). Surat Kolose menyebut Lukas ini sebagai Lukas si
tabib. Tradisi Kristen memang menyebutnya demikian, dan didukung dengan adanya
istilah medis dan diagnosa penyakit yang dipakai dalam kedua kitab tersebut.
Namun, hingga saat
ini masih banyak perdebatan yang meragukan tradisi ini. Ada banyak perbedaan
sudut pandang dari Lukas dan Paulus untuk peristiwa yang sama. Kisah Para Rasul
tidak pernah menyebutkan surat-surat Paulus. Dan terlihat bahwa Lukas memiliki
pandangan teologi yang berbeda dengan Paulus sebagai rekan dan gurunya. Kisah
Para Rasul tidak pernah menyebut pandangan Paulus mengenai keselamatan dalam
iman dan dalam Kristus, juga sangat berbeda dalam menilai pandangan Paulus
terhadap Taurat. Hal ini mungkin karena masa penulisan Lukas dan Kisah Para
Rasul terjadi sesudah kematian Paulus, sehingga memiliki situasi pendengar dan
pandangan berbeda. Kisah Para Rasul lebih menekankan pada Gereja Perdana dan
bersifat historikal.
4. Tradisi Kristen
semenjak Ireneus pada abad kedua (175-225 M) berkata bahwa kedua kitab itu
ditulis oleh Lukas, teman sekerja Paulus, sang tabib itu. Hal ini didukung oleh
tulisan-tulisan kuni lain, seperti tulisan Klemens dari Alexandria (156-1215
M), Tulisan Tertullian (160-200 M), serta Tulisan Origen (185-254 M). Pendapat
ini dibenarkan oleh kebanyakan sarjana zaman sekarang. Kanon Muratoria (170-180
M) menyebutkan bahwa injil ketiga ditulis oleh Lukas, seorang tabib. Lukas
bertindak sebagai asisten Paulus untuk urusan surat menyurat. Namun jati diri
Lukas tidak pernah diketahui secara pasti, begitu juga dimana ia menuliskan
kitab-kitabnya. Lukas (Lucius; Loukaios-Lucianus) berarti orang yang dilahirkan
waktu fajar menyingsing. Nama ini sangat umum digunakan pada masa itu. Sumber
tradisi lain (Eusibius dalam Sejarah Ekklesiastis) menyebutkan bahwa Lukas
adalah seorang Antiokhia-Siria. Ada yang menyebutkan Lukas menulis kitabnya di
Akkaia (Yunani), namun ada juga yang mengatakan di Kaisarea atau Roma. Namun
bisa dipastikan Lukas memiliki latar belakang non Yahudi karena penulisan
karyanya sangat bergaya Yunani, dan terlihat sangat paham dengan kesusasteraan
Yunani.
0 Comment to "Siapa Penulis Kisah Para Rasul?"
Posting Komentar